Ini pengalaman pertama gue naik jeep off-road. Ternyata seseru itu ya....ga peduli jalanan bebatuan nanjak langsung dihajar aja sama Mas Cahyo, jadilah kita ketawa-tawa sambil goyang dombret di atas jeep berusaha nahan pegangan. Mas Cahyo ini iseng, ada jalanan aspal bagus eh doi malah milih jalanan bebatuan, ada jalanan lebar eh doi malah milih jalanan sempit sampe miring-miring ckck
Tujuan pertama kita ke Kaliadem. Dari Kaliadem ini sebenernya kita bisa ngeliat puncak Merapi dan sunrise tapi sayang banget waktu kita kesana lagi mendung. Puncak Merapi dan mataharinya ketutup awan dan kabut deh huh.
Di Kaliadem ini ada bunker yang digunakan buat tempat berlindung warga kalau ada letusan Merapi. Bunkernya kira-kira bisa nampung 200 orang, bunker kecil karena emang udah gaada warga yang tinggal di lereng gunung Merapi. Tapi beberapa warga masih dibolehin kerja di lereng gunung Merapi.
Selain itu di Kaliadem juga ada beberapa toko souvenir Merapi dan warung yang jual makanan-minuman ringan. Ga perlu khawatir, disini juga disediain toilet umum, toiletnya bersih & banyak kok.
Abis ini kita lanjutin perjalanan kita ke Museum Merapi. Selama perjalanan kita bakal liat banyak puing-puing rumah yang udah ga berpenghuni. Kata Mas Cahyo dulunya rumah-rumah itu perkampungan warga tapi setelah letusan besar Merapi tahun 2010, daerah itu udah gaboleh lagi dijadiin tempat tinggal. Sebagian warga dipindah & dibangunkan rumah oleh pemerintah daerah ke area kaki gunung Merapi yang lebih aman. Nah museum yang bakal kita datengin ini adalah bekas rumah warga korban erupsi Merapi 2010, Pak Kimin namanya. Untungnya Pak Kimin dan keluarganya selamat dari letusan Merapi tapi rumah dan barang-barang Pak Kimin udah ga bisa diselametin lagi, makanya dijadiin museum untuk mengenang tragedi Merapi 2010. Sekarang Pak Kimin & keluarga tinggal di daerah Kaliurang, kadang-kadang Pak Kimin mampir ke Museum. Museum ini namanya Museum Mini Sisa Hartaku, karena di dalamnya banyak barang kenangan sisa erupsi Merapi.
Kondisi rumah ini sebenernya udah ancur gaada atapnya lagi, tapi untuk melindungi barang-barang di dalamnya jadi direnovasi sedikit bagian atas rumah ini. Waktu masuk ke museum ini pertama kali respon gue, kaget setengah ga percaya. Banyak banget barang-barang umum yang kita temui di rumah tapi kondisinya gosong & meleleh. Sempet sedetik mikir kalo ini semua buatan.....tapi enggak, semuanya real dan gabisa dibuat-buat. Ada dompet, bola golf, kacamata, gunting, asbak, teko, kaset, gitar bass, keyboard, bahkan ada odol dan sikat gigi yang semuanya udah ga berbentuk sempurna dan ketutup debu. Barang-barang di museum ini ga semuanya punya Pak Kimin & keluarga, ada barang-barang tetangganya Pak Kimin yang masih bisa dikumpulin jadi satu disini. Karena sebagian besar tetangga Pak Kimin meninggal saat erupsi Merapi 2010.
Kata Mas Cahyo, waktu erupsi Merapi 2010 itu awan panasnya sampe 200 derajat celcius. Bahkan sampe piring kaca aja ada yang meleleh jadi satu sama sendoknya, berarti kan panas banget ya.....
Merapi meletus jam 12.03, terus 3 menit kemudian lahar, awan panas itu udah sampai ke pemukiman warga. Debu vulkaniknya sampai ke kota Jogja, pohon dan tumbuhan mati habis semua karena lahar panas dan awan panas yang memicu kebakaran. Di dalam museum ini juga ada rangka asli dari hewan korban erupsi Merapi 2010. Kebanyakan rangka sapi, kambing, burung sawah peliharaan warga.
Warga Merapi percaya kalo Merapi tak pernah ingkar janji. Karena Merapi selalu nepatin janjinya untuk meletus setiap empat tahun sekali. Terakhir kali Merapi meletus tahun 2014, jadi tahun 2018 nanti warga udah siap-siap nunggu letusan Merapi. Kata Mas Cahyo, letusan Merapi ga selalu makan korban jiwa, tapi tahun 2010 adalah letusan yang paling dahsyat dan banyak makan korban jiwa. Dan kecamatan Cangkringan, lokasi tempat museum ini adalah lokasi yang dampaknya paling parah dari erupsi Merapi tujuh tahun lalu. Makanya letusan 2010 itu berarti banget buat sebagian besar warga Cangkringan.
Di museum ini juga dipajang beberapa dokumentasi waktu kejadian erupsi berlangsung, merinding sih ngeliat foto-fotonya. Kebayang sekacau apa kondisinya waktu itu, berlumpur-gempa-suhu super panas-kobaran api-hujan debu.
PESAN MERAPI
Aku tidak mengalah dan juga tidak ingin dikalahkan
Nanti pasti akan datang waktunya
Tapi maaf kalau ada yang ketabrak, keseret, hanyut, kebanjiran, dan tenggelam
Karena menghalangi jalan yang akan kulewati
Gue gatau persis siapa yang nulis "Pesan Merapi" ini, tapi menurut gue maknanya dalem. Kalo sebenernya alam ga akan membahayakan kita kalo aja kita ga berusaha untuk 'mengganggunya' atau merusaknya. Manusia dan alam harus hidup berdampingan dan seharusnya nih kita merawat alam baik-baik. Karena alam mungkin bisa tumbuh dan akan terus hidup tanpa manusia, tapi manusia apa bisa hidup tanpa alam?
Main ke museum ini, sedikit banyak bikin gue berfikir. Gue harus bersyukur karena gue belum pernah merasakan tragedi sekacau erupsi merapi 2010. Harus inget juga kalo gue tuh super-duper kecil dibandingin sama alam, apalagi dibandingkan sama pemilik alam semesta, Allah SWT. Jadi harus ngelakuin hal yang baik-baik, gaboleh merasa paling hebat, gaboleh nyakitin siapapun termasuk alam. Karena gue ga pernah tau kapan aja alam bisa 'marah' dan balik 'nyakitin' kita.
Dimana kita berpijak
Bila Tuhan sudah berkehendak
"kunfayakun"
Empat unsur bisa jadi penyebab bencana
Bumi/Tanah
Angin
Api
Air